Senin, 10 Oktober 2011

Matematika = Ada Tuhan


Matematika merupakan salah satu pelajaran yang paling saya gemari. Terlepas saya sekarang kuliah di jurusan Matematika, saya memang suka Matematika sejak dulu masih SD. Terlepas pula saya dikatakan cukup cemerlang dalam mengerjakan soal Matematika, saya suka berlama-lama mengerjakan soal Matematika, bahkan seringkali saat beribadah, yang terpikir adalah, “kalau saya pakai cara ini, mungkin jawabannya seperti ini.”


Dan saya beruntung memilih Matematika. Bagaimana pun mata pelajaran yang katanya “paling eksak” itu memberi saya banyak pencerahan.

Benarkah Matematika itu pelajaran yang paling eksak?

Saya yakin, ingin bilang tidak. Bahkan Matematika, yang katanya jawabannya paling pasti, ternyata bisa menjelaskan banyak hal-hal yang tidak eksak. Hal-hal yang seolah-olah tidak ada dalam kehidupan kita. Namun dalam Matematika itu ada! Bahkan keberadaannya sangat diperlukan oleh banyak orang.

Salah satu contohnya, bilangan imajiner. Bilangan yang didapat dengan mengakarkan suatu bilangan negatif ini dikatakan imajiner, karena memang merupakan bilangan imajinasi pembuatnya. Seberapa banyakkah bilangan itu? Ingat, bilangan itu imajinasi. Dan, dulu saya pun kebingungan, untuk apa menghitung sebuah bilangan yang merupakan imajinasi manusia? Namun teman saya menyahut, “tidak Hel, bilangan imajinasi digunakan saat menghitung penyusutan kabel.” Ya, benar, bahkan bilangan yang tidak ada itu pun sebenarnya ada, dan berguna.

Mungkin itu pula filosofi Tuhan. Kita tidak bisa mengatakan tidak ada Tuhan hanya karena kita tidak bisa melihat-Nya, tidak pernah bertemu dengan-Nya. Namun, sebagaimana bilangan imajiner, Tuhan pun tetap ada. Tuhan Maha Ada. Dan Tuhan pun tersenyum kepada manusia dengan nikmat-nikmat-Nya.

Ada pula perbandingan yang diutarakan guruku dulu. “Kita ketahui Tuhan itu ada satu, sedangkan manusia itu di hadapan-Nya bagaikan tidak ada.” jelas guruku dulu. “Jadi, bila kita membandingkan Tuhan dengan semua ciptaan-Nya, yaitu satu (1) dibagi nol (0), hasilnya adalah tak terdifinisi.” Cantik sekali. Dan demikian pula kebalikannya.

Matematika pun bisa menjelaskan tentang dekatnya Tuhan ke kita, sehingga dimisalkan, lebih dekat dari urat nadi kita. Di Matematika terdapat definisi limit. Limit (xà a) f(x) artinya nilai x didekatkan sedekat-dekatnya ke nilai a, namun tidak pernah boleh sama dengan nilai a. Bila langsung disamakan nilainya dengan nilai a, maka yang sering terjadi adalah tidak berhasilnya mendapatkan nilai limit tersebut. Demikian pula Tuhan. Tuhan sangat dekat dengan kita, sangat dekat!! Namun Tuhan tak pernah sama dengan manusia. Bagaimana pun Tuhan tetaplah sebagai ilah yang kita sembah. Sedangkan kita tetaplah sebagai abid yang menyembah. Sehingga sedekat apapun jaraknya, tetaplah kita berbeda.

Mungkin banyak contoh-contoh lain dari pemahaman arti Tuhan. Tak perlu menguasai Matematika untuk membuktikan adanya keberadaan dzat yang Maha Kuasa di alam semesta ini. Tak perlu menjadi ilmuwan untuk meyakini dengan sebenar-benarnya keyakinan bahwa kita tidak sendiri. Yang kita perlukan hanya sedikit waktu untuk merenung, untuk apa kita diciptakan, siapa yang menciptakan kita, lalu di mana akhir perjalanan hidup kita kelak.


Ya Allah, masukkanlah aku dengan pemasukan yang baik, dan keluarkanlah aku dengan keluaran yang baik.

0 komen:

Posting Komentar