Senin, 07 November 2011

Alasan Mencontek

Ini bukan sombong atau pamer (semoga), semoga menginspirasi

Saat teman-teman ada kuis (ulangan) mendadak, dalam pelajaran yang teman-teman tidak mengerti, dan teman-teman tidak mempersiapkan materi tersebut sebelumnya, besar kemungkinan ada di antara teman-teman yang memilih untuk mencontek. Betul bukan? Namun ada pula yang akhirnya memilih mencontek, walau sekarang di Indonesia jumlahnya semakin berkurang (sepertinya, belum ada data).

Apakah kita pernah bertanya, kepada mereka?

Mungkin tidak. Biasanya kita berpikir,

"Ah, mereka mah anaknya sudah pintar"

"Gak perlu belajar juga udah bisa tuh anak"

"Anaknya emang alim kok"

"Dia kan takut dosa, hehe"

"Emang gua pikirin!!" :D

Dan banyak pemikiran-pemikiran lain di benak-benak kita.

Saya bukannya ingin menyombongkan diri, tapi saya memang termasuk orang yang tidak suka (bukan tidak pernah) mencontek. Mungkin sudah kebiasaan dari SD ya? Lalu kenapa saya jarang (sekali lagi bukan tidak pernah) mencontek?

Saya tidak mengatakan bahwa saya pintar. Oke lah kalau teman-teman mengatakan saya cukup pintar. Namun seperti teman-teman pula, saya pun tidak pintar pada awalnya. Banyak hal yang tidak saya ketahui. Namun saya bersyukur kepada lingkungan yang membentuk saya sehingga akhirnya saja terbiasakan untuk tidak mencontek.

Saya juga tidak mengatakan saya "sangat takut dosa". Bagaimana pun saya sering melakukan dosa (astaghfirullaah) bahkan walaupun saya sangat sadar konsekuensinya. Jadi saya kurang yakin kalau saya mengatakan, "Saya tidak mencontek, karena mencontek itu dosa!!"

Lalu alasan sebenarnya apa?

Saya sendiri tidak tahu yang pastinya (hehe, maaf mengecewakan). Namun setidaknya saya mendapat banyak hikmah dari tidak mencontek itu.

Kalau teman-teman mengatakan saya tidak perlu belajar ketika kuis, atau cuma butuh waktu singkat untuk belajar, saya memang mengiyakan. Tapi saya merasa yakin, ada kontribusi dari "tidak mencontek" yang saya lakukan dari masih kecil. Mungkinkah Allah menolong saya karena tidak mencontek itu? Entahlah :).

Tidak ilmiah kah, bila mengatakan "tidak mencontek membuat pintar"? Menurut saya ilmiah-ilmiah saja. Ketika tidak mencontek, saya lebih serius untuk mempelajari suatu pelajaran, tanpa ada terbersit pemikiran adanya cara mendapatkan nilai tinggi alternatif (baca: mencontek). Dengan lebih serius, saya biasanya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengerti. Dan tidak butuh usaha yang berlebih pula untuk mengingat-ingat ketika ada kuis dadakan. Dan ini bermula ketika saya masih kecil. Sehingga bagi teman-teman yang mencoba namun tidak (atau belum) merasakan apa yang saya rasakan, bersabarlah :D

Ada juga alasan lain. Teringat dulu MR saya berkata,

"Akhiiy. Kalau antum mencontek, nilai antum di raport tidak berkah. Raport itu antum gunakan untuk masuk ke Universitas. Dengan demikian kuliah di universitas itu pun tidak berkah. Di Universitas, antum mendapat ijazah. Namun ijazahnya juga tidak berkah. Dengan ijazah itu antum melamar kerja. Dan akhirnya kerja itu pun tidak berkah. Dari kerja itu antum mendapatkan gaji, yang darinya antum memberi makan anak istri (nantinya). Akh, ana ngeri membayangkan kalau kita memberi anak istri kita makanan yang tidak berkah.."

Dan saya pun ngeri. Logika yang mudah sekali bukan?
Ulangan - Raport - Lulus SMA - Kuliah - Ijazah - Kerja - Uang - Anak Istri

Bila ada satu saja ketidak berkahan di antara hal-hal tersebut, maka ketidakberkahan itu akan menjalar ke bagian selanjutnya. Bagaikan lingkaran setan.

Jangan tanyakan saya seperti apa bila harta kita tidak berkah. Sebab bagaimana pun banyak yang (merasa) bahagia walaupun hartanya hasil korupsi, bukan?

Allaahumma baarik lanaa fii maa razaqtanaa waqinaa 'adzaabannaar..
Ya Allah, berkahilah bagi kami atas apa yang Engau rizkikan kepada kami, dan hindarkanlah kami dari adzab api neraka. Amin.

Dan tetap saja, nilai sedikit dari hasil mencontek tidak lebih baik daripada nilai banyak hasil kerja sendiri, bukan? :)

Wallaahu a'lam..

0 komen:

Posting Komentar