Jumat, 09 Desember 2011

Smile Please!

Sekitar dua bulan yang lalu, saya mengikuti (maaf, sebenarnya bukan mengikuti, tapi mencuri dengar saja) sebuah training dari sebuah provider Malang (saya baru tahu itu punya ikhwah juga). Salah satu perkataannya yang berkesan adalah,
"Emosi bisa mempengaruhi aktivitas. Hal itulah yang membuat kita malas ketika sedang sedih, atau aktif ketika sedang gembira. Sebaliknya, aktivitas tubuh pun bisa mempengaruhi emosi. Bila sedang sedih, kenapa tidak bergerak riang saja? Bila sedang kesal, cobalah menari sambil tersenyum!!"
(kata-kata di atas hanya imajinasi saya. Yang penting esensinya :p)
Alhamdulillah (tanpa ada tambahan ya), saya mendapatkan tambahan ilmu. Tidak sia-sia ikut acara (curi dengar) ini. Apalagi kebetulan pas sekali dengan salah satu tema yang ingin saya bawakan, yaitu tersenyum.
Tersenyum? Ya. Karena tersenyum merupakan salah satu aktivitas fisik, yang melambangkan kita sedang bahagia atau senang. Dengan demikian, sesuai teori di atas, bila sedang sedih, tersenyumlah! Saya tidak bercanda :) Dan lihatlah, bukan hanya kita, orang-orang di sekitar kita akan berubah menjadi lebih menyenangkan :)
Masih bertanya mengapa harus tersenyum?
1. Tips ingin dikenal dan didengar
Banyak orang yang mungkin merasa kesulitan berbicara dengan orang lain. Saya kadang mengalami hal yang sama, bingung dan speechless ketika bertemu orang lain. Kadang bingung ingin memulai topik apa. Saya tidak punya tips untuk mengalahkannya. Namun saya mungkin bisa memberi saran: senyumlah :) Bagaimanapun bila teman-teman senyum dengan ikhlas, orang yang teman-teman "senyumi" akan lebih merasa rileks. Mungkin teman-teman tidak perlu bercerita banyak, dan dia yang akan memulai pembicaraan, bukan?
2. Senyum itu sehat
Saya tidak perlu menjelaskannya di sini. Cukuplah dengan bertanya pada guru gugel, dan teman-teman akan menemukan banyak jawaban
3. Senyum itu pahala
Ini pun sama dengan point nomor 2
4. Mempengaruhi emosi
Yups, seperti tulisan di awal, dengan senyum emosi kita insya Allah akan lebih positif. Bukankah ketika kita ditimpa kesulitan, sangat sulit untuk menerima keadaannya? Mengapa kemudian sebaiknya tersenyum, bukannya menangis agar segala emosi ini reda?
Saya tidak berkata untuk menerima keadaan. Ikhlas itu sulit. Penuh seni dan lebih misterius daripada Tuk Bayan Tula (bingungkah dengan tokoh ini). Saya saja sering merasa tidak ikhlas. Namun cobalah untuk tersenyum. Cukup senyum kita saja yang kita ikhlaskan. Mungkin tidak membuat kita merelakan kejadian buruk itu secara tiba-tiba. Namun lihatlah, dunia yang tadinya muram bisa terlihat sedikit lebih menyenangkan, bukan? Dan sedikit, bahkan walau sedikit, beban di dada lebih ringan, kan?
5. Terlihat lebih menarik
Cobalah bayangkan sosok orang yang teman-teman inginkan mendampingi teman-teman kelak ketika sukses. Saya tidak tahu orangnya seperti apa, saya bukan peramal. Namun mungkin saya boleh menebak, orang itu sedang tersenyum :) Coba pula dengarkan lagu-lagu cinta pujangga kita. Carilah lagu ketika mereka sedang kasmaran. Maka terlihat, pasangan mereka sedang tersenyum indah bukan?

Sudah, sudah berbicara tentang kebaikan senyum. Tak akan berujung bila membicarakan kebaikannya bila tanpa memulainya. Mungkin sebagai latihan, teman-teman (dan saya) bisa memulai tersenyum dalam keadaan seperti ini:
a. Bertemu teman di jalan
b. Bertemu dosen di jalan (cukup tersenyum, tak harus menyapa dst)
c. Beli pecel di cafetaria FMIPA (promosi)
d. Urus surat keluar di satpam UB (kebiasaan kalau yang ini)
e. Menunjukkan STNK ketika keluar kampus (peraturan di kampus saya)
Terlihat mudah? Kita lanjutkan
f. Mendapat pertanyaan sangat susah ketika presentasi
g. Dikritisi dosen habis-habisan
h. LPJan belum jadi, namun sekum sudah uring-uringan
i. Istri ngambek minta ditraktir (ssstt)
j. Lupa bawa uang habis makan di warung
Ingat, cukup senyum saja. Tidak perlu berkata yang tidak-tidak. Ingat, ini masih dalam taraf latihan!
Nah, sudah merasa mulai terbiasa? Lanjutkan,
k. Saat HP dipinjam maling dalam waktu yang tak ditentukan
l. Laptop tiba-tiba menghilang saat pulang shalat Isya
m. STNK hilang entah dimana
n. Kena cium aspal karena orang lain
o. Terpilih jadi presiden BEM
Mungkin awalnya akan susah. Namun bukankah biasa itu dimulai dari tidak terbiasa? Tinggal keinginan untuk memulainya saja, bukan?
Tunggu, bukankah bila kebanyakan senyum nanti dianggap gila?
Saya tidak merasa ada yang bilang saya gila :) Mungkin ini teori ngawur kali ya. Kalau kebanyakan tertawa (terutama tertawa sendiri), itu baru kelihatan gila. Namun tersenyum menghadap orang lain, atau di keramaian, sepertinya tidak cocok dikonotasikan dengan kata gila. Berbeda halnya ketika sudah sendiri, tanpa ada yang menemani. Yang ini sudah beda konteks.
Ya, mudah saja. Mulailah tersenyum dari sekarang. Mungkin bisa dimulai dengan tersenyum memandang tulisan ini :D, atau tersenyum kepada orang di samping teman-teman sekarang

Karena senyuman bisa merubah dunia

0 komen:

Posting Komentar