Minggu, 19 Desember 2010

Cerita seorang Ibu

Kadang saya berpikir, sebenarnya apa ya yang kita cari di dunia ini?

Harta kah? Ia akan meninggalkan kita saat kita mati, lalu diambillah oleh keturunan kita. Ketampanan? Kecantikan? Wajah rupawan? Ah, tak mampu ia melawan usia tua. Kekuasaan? Setelah kita mati, ia akan berpaling kepada yang lain, yang juga mengejarnya. Kesenangan? Betulkah apa yang kita rasakan ini merupakan kesenangan abadi? ataukah kesenangan sementara, fatamorgana yang menipu sebagian besar umat manusia?


Teringat cerita seorang ibu, yang memiliki tiga orang anak. Sekitar dua tahun yang lalu, anaknya yang tertua akan melanjutkan kuliah ke Fakultas Kedokteran. Tahu lah, Fakultas Kedokteran itu mahalnya seperti apa. Apalagi anaknya ini tidak lah terlalu berprestasi. Tapi sang ibu sangat ingin menyekolahkan anaknya ke FK. Akhirnya terkumpullah uang beberapa puluh juta. Insya Allah bisa untuk menyekolahkan anaknya, pikir sang ibu.

Ah, untung tak dapat diraih, rugi tak dapat ditolak. Ternyata anaknya tak bisa melanjutkan kuliahnya ke FK, terpaksa mengambil di fakultas yang lain. Tapi sang ibu tetaplah sabar. Ia mendukung dengan penuh anaknya. Kemudian ditabunglah uang yang beberapa puluh juta itu. Bukan dalam bank. Beliau membeli tanah yang cukup luas. Mungkin nanti bisa dimanfaatkan, pikirnya.

Sudah dua tahun berjalan. Sekarang giliran anak keduanya yang akan melepaskan seragam SMA. Kali ini sang Ibu sangat ingin menyekolahkan anaknya yang kedua ini di FK (kenapa harus di FK? Sang ibu tentu memikirkan masa depan anaknya, bukan?). Dan, Alhamdulillah sang anak pun setuju. Masalahnya sekarang, uang pangkal nanti dari mana? Sudah hampir dua tahun, tentu lah “harga” FK semakin mahal. Namun sang ibu tetap tenang. Tak berapa lama, terkumpul lagi uang sebanyak beberapa puluh juta.

“Kok bisa gitu bu?” tanyaku keheranan. Saya masih ingat, tanah yang dulu dibeli ibu tersebut masih utuh, belum dijual. Dan, baru beberapa bulan yang lalu sang ibu merenovasi warungnya, yang menghabiskan sekitar 70jutaan. Dari mana ya uang sebanyak itu bisa ada dengan mudahnya?

Sang ibu tersenyum. “Saya juga ndak tau, nak.” Si ibu bercerita kalau suaminya pun keheranan. Kira-kira darimana ya datangnya uang sebanyak itu, dalam waktu yang singkat pula? Hemm.. selidik punya selidik, sang ibu berkata, “Mungkin begini nak,”

Sang ibu pun bercerita, bahwa setiap ia mendapatkan rezeki lebih, ia sangat senang mengundang anak yatim ke rumahnya. Di sana mereka diajak zikir bersama, saling mendoakan, kemudian ibu tersebut membagikan uang kepada mereka. Memang di sekitar rumah ibu tersebut, ada banyak anak yatim, yang kebanyakan tidak terurus. Tentu mereka begitu senang.

“Saya pernah dengar, begitu besar pahala orang yang mengusap kepala anak yatim.” Kata ibu tersebut menyela. Ah, saya kepikiran. Mungkin itu alasan mengapa rizki ibu tersebut begitu lancar. Apalagi sampai didoakan begitu. Ada yang lain kah?

“Oh ya, ibu juga senang memberi hutang kepada orang. Tapi, ibu jarang menagihnya, seperti dilupakan begitu. Beda kalau memberi hutang kepada orang yang sering tidak membayar (yang bukan karena tidak mampu, tapi sengaja membuat dirinya tidak mampu). Biasanya ibu kapok kasi utang kepada orang tersebut.”

Benar memang hadits Rasulullah. Barang siapa yang memberi kelapangan bagi orang yang kesukaran, maka Allah pun akan melapangkan baginya di dunia dan akhirat (benarkah redaksi haditsnya? Mohon bagi yang tahu untuk mengoreksi bila ada yang salah). Mungkin hal itu pula yang membuat rizki sang ibu lancar.

Mari teman, kita saling mendoakan. Ibu tersebut, insya Allah bersama suaminya akan berangkat haji tahun 2019 (memang antrian haji sekarang tambah lama). Doakan, semoga mereka berdoa tetap sehat dan diberi keimanan yang kokoh, dan keistiqomahan dalam bertakwa. Mari pula kita saling mendoakan, semoga harta kita yang kita punya sekarang adalah harta yang berkah, yang ketika nanti di hadapan Allah kita bisa mempertanggungjawabkannya dengan penuh amanah. Amin..

1 komen:

Sofyani Wulansari mengatakan...

sedekah itu memperpanjang rejeki. I said : amin Ya Rahman..^^

Posting Komentar