Harta kah? Ia akan meninggalkan kita saat kita mati, lalu diambillah oleh keturunan kita. Ketampanan?
Kecantikan? Wajah rupawan? Ah, tak mampu ia melawan usia tua. Kekuasaan? Setelah
kita mati, ia akan berpaling kepada yang lain, yang juga mengejarnya. Kesenangan?
Betulkah apa yang kita rasakan ini merupakan kesenangan abadi? ataukah kesenangan sementara, fatamorgana yang menipu sebagian besar umat manusia?
Teringat cerita seorang ibu, yang
memiliki tiga orang anak. Sekitar dua tahun yang lalu, anaknya yang tertua akan
melanjutkan kuliah ke Fakultas Kedokteran. Tahu lah, Fakultas Kedokteran itu
mahalnya seperti apa. Apalagi anaknya ini tidak lah terlalu berprestasi. Tapi sang
ibu sangat ingin menyekolahkan anaknya ke FK. Akhirnya terkumpullah uang
beberapa puluh juta. Insya Allah bisa untuk menyekolahkan anaknya, pikir sang
ibu.
Ah, untung tak dapat diraih, rugi
tak dapat ditolak. Ternyata anaknya tak bisa melanjutkan kuliahnya ke FK,
terpaksa mengambil di fakultas yang lain. Tapi sang ibu tetaplah sabar. Ia mendukung
dengan penuh anaknya. Kemudian ditabunglah uang yang beberapa puluh juta itu. Bukan
dalam bank. Beliau membeli tanah yang cukup luas. Mungkin nanti bisa dimanfaatkan,
pikirnya.
Sudah dua tahun berjalan. Sekarang
giliran anak keduanya yang akan melepaskan seragam SMA. Kali ini sang Ibu
sangat ingin menyekolahkan anaknya yang kedua ini di FK (kenapa harus di FK? Sang
ibu tentu memikirkan masa depan anaknya, bukan?). Dan, Alhamdulillah sang anak
pun setuju. Masalahnya sekarang, uang pangkal nanti dari mana? Sudah hampir dua
tahun, tentu lah “harga” FK semakin mahal. Namun sang ibu tetap tenang. Tak berapa
lama, terkumpul lagi uang sebanyak beberapa puluh juta.
“Kok bisa gitu bu?” tanyaku
keheranan. Saya masih ingat, tanah yang dulu dibeli ibu tersebut masih utuh,
belum dijual. Dan, baru beberapa bulan yang lalu sang ibu merenovasi warungnya,
yang menghabiskan sekitar 70jutaan. Dari mana ya uang sebanyak itu bisa ada dengan mudahnya?
Sang ibu tersenyum. “Saya juga
ndak tau, nak.” Si ibu bercerita kalau suaminya pun keheranan. Kira-kira darimana ya
datangnya uang sebanyak itu, dalam waktu yang singkat pula? Hemm.. selidik
punya selidik, sang ibu berkata, “Mungkin begini nak,”
Sang ibu pun bercerita, bahwa
setiap ia mendapatkan rezeki lebih, ia sangat senang mengundang anak yatim ke
rumahnya. Di sana mereka diajak zikir bersama, saling mendoakan, kemudian ibu
tersebut membagikan uang kepada mereka. Memang di sekitar rumah ibu tersebut,
ada banyak anak yatim, yang kebanyakan tidak terurus. Tentu mereka begitu
senang.
“Saya pernah dengar, begitu besar
pahala orang yang mengusap kepala anak yatim.” Kata ibu tersebut menyela. Ah,
saya kepikiran. Mungkin itu alasan mengapa rizki ibu tersebut begitu lancar. Apalagi sampai didoakan begitu. Ada
yang lain kah?
“Oh ya, ibu juga senang memberi hutang
kepada orang. Tapi, ibu jarang menagihnya, seperti dilupakan begitu. Beda kalau
memberi hutang kepada orang yang sering tidak membayar (yang bukan karena tidak
mampu, tapi sengaja membuat dirinya tidak mampu). Biasanya ibu kapok kasi utang
kepada orang tersebut.”
Benar memang hadits Rasulullah. Barang
siapa yang memberi kelapangan bagi orang yang kesukaran, maka Allah pun akan
melapangkan baginya di dunia dan akhirat (benarkah redaksi haditsnya? Mohon bagi
yang tahu untuk mengoreksi bila ada yang salah). Mungkin hal itu pula yang
membuat rizki sang ibu lancar.
Mari teman, kita saling
mendoakan. Ibu tersebut, insya Allah bersama suaminya akan berangkat haji tahun
2019 (memang antrian haji sekarang tambah lama). Doakan, semoga mereka berdoa
tetap sehat dan diberi keimanan yang kokoh, dan keistiqomahan dalam bertakwa. Mari pula kita saling mendoakan,
semoga harta kita yang kita punya sekarang adalah harta yang berkah, yang
ketika nanti di hadapan Allah kita bisa mempertanggungjawabkannya dengan penuh
amanah. Amin..
1 komen:
sedekah itu memperpanjang rejeki. I said : amin Ya Rahman..^^
Posting Komentar